Objek, Ciri, dan Kaidah Ilmu

Paradigma Objek ilmu komunikasi:

  1. Paradigma 1: komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan sesorang dan diterima oleh orang lainnya. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi harus terdapat: komunikator pengirim, pesan itu sendiri, dan komunikan penerima.
  2. Paradigma 2: komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah disengaja ataupun tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tapi harus diterima. Misalnya : rambu-rambu lalu lintas oleh polantas, orang yang memberhentikan taksi.
  3. Paradigma 3: komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan sengaja, namun derajat kesengajaan sulit ditentukan.  Pesan harus disampaikan dengan sengaja, tapi tidak mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi harus ada: (a)komunikator pengirim, (b)pesan, (c) target komunikan penerima.

Ciri-ciri/Syarat/Sifat ilmiah

–          Objektif: Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.

–          Metodis: Continue reading “Objek, Ciri, dan Kaidah Ilmu”

Lobi & Negosiasi

Konfigurasi dalam Negosiasi

Konflik/Masalah → Lobby/lobi  → Negosiasi  → Organisasi  → Diplomasi (Deliberasi/Pertemuan)

Konflik terjadi karena perbedaan opini, ketidaksepakatan, perselisihan, rivalitas, ketidakharmonisan, percekcokan.

Lobi adalah suatu upaya pendekatan yang dilakukan untuk mempengaruhi dengan tujuan kepentingan tertentu.. Pada tahap lobi, pelobi tidak memutuskan. Lobi dilakukan dengan cara baik ataupun kini dengan cara tidak baik

Negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang pada mulanya memiliki pemikiran yang berbeda hingga pada akhirnya mencapai kesepakatan bersama. Negosiasi bisa terjadi karena adanya konflik dan lobbying ada didalamnya untuk mengurangi konflik.

Organisasi dapat berupa Negara, Perusahaan, dan Humas.

Diplomasi, pada tahap ini dilakukan deliberasi (pertimbangan), pertemuan-pertemuan.

Fungsi Lobi: Continue reading “Lobi & Negosiasi”

Teori Difusi Inovasi

Teori difusi inovasi menyatakan bahwa suatu inovasi (misalnya gagasan, teknik baru, teknologi baru, dan lain-lain) memencar atau menyebar dalam pola yang dapat diperkirakan. Rogers mengemukakan lima kategori yang digunakan dalam berbagai riset difusi inovasi yakni adalah (a) inovator; (b) penerima awal; (c) mayoritas awal; (d) mayoritas terlambat; dan (e) kelompok tertinggal.

Proses difusi dan adopsi menunjukkan bahwa saluran komunikasi publik atau komunikasi melalui media massa biasanya mampu menyebarkan kesadaran atau pengetahuan mengenai suatu inovasi secara jauh lebih cepat daripada saluran interpersonal.

Kebanyakan teori komunikasi yang telah kita bahas memiliki kecenderungan untuk “menormalkan” berbagai institusi dan struktur yang terbentuk dalam interaksi sosial. Teori kritis muncul untuk melawan kecenderungan ini, dan karenanya disebut dengan “kritis”.

Teori kebudayaan kritis yang lebih maju memiliki sejumlah konsepsi yang berbeda mengenai hubungan antara media dan kebudayaan. Teori kritis memiliki karakteristik sebagai berikut. Continue reading “Teori Difusi Inovasi”

Teori Konstruksi Sosial Realitas

 Teori ini merupakan ide atau prinsip utama dari kelompok pemikiran atau tradisi kultural. Ide ini menyatakan bahwa sosial tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Teori ini penting bagi peneliti yang mempelajari efekk-efek iklan, namun teori ini juga dapat diterapkan untuk mempelajari bagaimana media membentuk realita politik.

Teori konstruksi sosial realitas berpandangan bahwa masyarakat yang memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makna yang berlangsung terus-menerus. Secara umum, setiap hal akan memiliki makna yang sama bagi orang-orang yang memiliki kultur yang sama.

Menurut Rogers dan Singhal (1995, 1996), bahwa difusi adalah proses dengan mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu pada waktu tertentu diantara para anggota sistem sosial.

Teori Kognitif Sosial

Teori kognitf sosial memiliki argumentasi bahwa manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan ini terjadi melalui dua cara, yaitu imitasi dan identifikasi. Imitasi adalah replikasi atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati, Identifikasi merupakan perilaku meniru yang bersifat khusus yang mana pengamat tidak meniru secara persis sama apa yang dilihatnya, namun membuatnya menjadi lebih umum dengan memiliki tanggapan yang berhubungan. Misal, anak kecil yang menonton film kartun Tom and Jerry sedang memukul dengan tongkat, tetapi meniru dengan menyiram kakaknya dengan seember air.

Teori kognitif sosial menjelaskan pemikiran dan tindakan manusia sebagai proses dari apa yang dinamakan dengan tiga penyebab timbal balik (triadic reciprocal causation), artinya Continue reading “Teori Kognitif Sosial”

Teori Interaksi Simbolik

Teori ini menyatakan bahwa lambang atau simbol kebudayaan dipelajari melalui interaksi, orang memberi makna terhadap segala hal yang akan mengontrol sikap tindak mereka.

Teori interaksi simbolik memfokuskan perhatiaanya pada cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui percakapan. Teori interaksi simbolik mendasarkan gagasannya pada tiga tema penting:

(a) pentingnya makna dalam perilaku manusia;

(b) pentingnya konsep diri;

(c) hubungan antara individu dengan masyarakat.

Menurut paham interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan individu lainnya sehingga menghasilkan suatu ide tertentu mengenai diri. Kita memiliki diri karena kita dapat menanggapi diri kita sebagai suatu objek. Karena alasan diri sebagai objek inilah maka kita kadang-kadang memberikan reaksi yang menyenangkan kepada diri kita. Kita merasa bahagia, bangga dan bersemangat kepada diri kita sendiri.

Teori Spiral Kebisuan

Teori ini dapat menjawab bagaimana interaksi antara opini masyarakat dengan isi pesan media. Bagaimana isi media mempengaruhi opini masyarakat? Bagaimana individu memiliki opini mengenai berbagai masalah sosial kemasyarakatan?.

Teori spiral kebisuan menyandarkan gagasannya pada tiga pernyataan (premise) atau asumsi dasar dan berdasarkan penjelasan mengenai opini publik sebagai latar belakangnya.
1. Individu dengan pandangan menyimpang akan terancam terisolir dari masyarakat.
2. Kekhawatiran akan terisolir menyebabkan individu selalu mempertimbangkan situasi iklim pendapat sepanjang waktu,
3. Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian terhadap opini publik.

Teori spiral kebisuan merupakan Continue reading “Teori Spiral Kebisuan”

Teori Kultivasi

Dari hasil penelitiannya, George Gerbner menyatakan bahwa TV menyajikan kepada penonton suatu cara yang sama dalam memandang dunia, sebagaimana dia kemukakan: Televisi adalah sistem penceritaan yang terpusat. Televisi telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian kita. Drama, iklan, berita, dan program lainnya menyajikan dunia gambar dan dunia pesan yang sama relatif menyatu ke dalam setiap rumah. Televisi sejak awal menanamkan kecenderungan dan preferensi yang diperolehnya dari sumber utama lainnya. Pola mengulang-ulang pesan dan gambar produksi massal televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolik bersama.

Gerbner menyebut efek TV ini sebagai kultivasi atau cultivation, istilah yang pertama kali dikemukakannya pada tahun 1996. TV dengan segala pesan dan gambar yang disajikannya merupakan proses atau upaya untuk ‘menanamkan’ cara pandang yang sama terhadap realitas dunia kepada khalayak. TV dipercaya sebagai instrumen atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat homogen.

Teori kultivasi disebut juga analisis kultivasi, adalah teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian, dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang.

Pemikiran Gerbner menyatakan bahwa media massa, khususnya TV, menyebabkan munculnya kepercayaan tertentu mengenai realitas yang dimiliki bersama oleh konsumen media massa. Menurutnya, sebagian besar yang kita ketahui atau apa yang kita pikir kita tahu, tidak kita alami sendiri. Kita mengetahuinya karena adanya berbagai cerita yang kita lihat dan dengar melalui media. Dengan kata lain, kita memahami realitas melalui perantaraan media massa sehingga realitas yang kita terima adalah realitas yang diperantarai.

Teori Agenda Setting

Maxwell McCombs dan Donald Shaw adalah yang pertama kali mengemukakan istilah ‘agenda setting’ (1972). Denis McQuail (2000) mengatakan bahwa istilah ‘agenda setting’ diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw (1972, 1993), untuk menjelaskan gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum yang telah lama diamati dan diteliti oleh kedua sarjana tersebut. Penelitian McCombs dan Shaw merupakan tonggak awal perkembangan teori agenda setting.

E.M. Griffin (2003) menyatakan bahwa McCombs dan Donald Shaw meminjam istilah ‘agenda setting’ dari sarjana ilmu politik Bernard Cohen (1963) melalui laporan penelitiaannya mengenai fungsi khusus media massa. Dalam penelitiaannya, Cohen mengemukakan pernyataannya yang terkenal disebut sebagai mantra dari agenda setting. The mass media may not succesful in telling us what to think, but they are stunningly succesful in telling us what think about (media massa mungkin tidak berhasil mengatakan kepada kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka sangat berhasil untuk mengatakan kepada kita hal-hal apa saja yang harus kita pikirkan).

Dearing dan Rogers (1996) mendefinisikan Continue reading “Teori Agenda Setting”

Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification)

Teori penggunaan dan kepuasaan atau uses and gratifications theory disebut sebagai salah satu teori yang paling populer dalam studi komunikasi massa. Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara individu audien. Teori ini memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen media massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa audien dalam menggunakan media berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audien dinilai mengetahui kebutuhan mereka dan mengetahui serta bertanggung jawab terhadap pilihan media.

Cikal bakal teori penggunaan dan kepuasan dimulai Continue reading “Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification)”